Iran Tuding Netanyahu Seret AS ke 'Bencana' di Timur Tengah

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali slot thailand memanas setelah Iran secara terbuka menuding Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah menyeret Amerika Serikat ke dalam situasi yang disebut sebagai “bencana” di kawasan tersebut. Pernyataan keras dari Teheran ini mencerminkan eskalasi retorika yang semakin tajam antara dua kekuatan regional yang saling bermusuhan, dan sekaligus menyoroti peran strategis Amerika Serikat dalam konflik yang semakin kompleks di Timur Tengah.

Latar Belakang Ketegangan

Konflik antara Iran dan Israel telah berlangsung selama beberapa dekade, namun memuncak kembali sejak pecahnya perang antara Israel dan Hamas di Gaza pada Oktober 2023. Iran sebagai pendukung utama kelompok-kelompok perlawanan Palestina, termasuk Hamas dan Hizbullah di Lebanon, menuding Israel melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap warga sipil di Gaza. Di sisi lain, Israel menuduh Iran sebagai aktor utama yang mendalangi berbagai serangan terhadap kepentingan Israel melalui kelompok proksi di wilayah tersebut.

Seiring meningkatnya aksi militer Israel terhadap target-target di Suriah dan Lebanon, dan dengan dugaan keterlibatan Iran dalam serangan balasan melalui kelompok bersenjata seperti Houthi di Yaman dan milisi di Irak, wilayah Timur Tengah kian terseret ke dalam ketegangan berskala regional. Amerika Serikat, sebagai sekutu utama Israel, ikut ambil bagian dengan pengerahan kapal induk dan sistem pertahanan ke kawasan.

Tuduhan Iran Terhadap Netanyahu

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran dalam pernyataan resminya menuding Netanyahu telah “memprovokasi konfrontasi regional dengan tujuan menyelamatkan posisinya di dalam negeri serta memperluas konflik untuk menarik keterlibatan militer AS secara langsung.”

Iran menyebut bahwa keterlibatan ini bukan saja membahayakan stabilitas kawasan, tetapi juga mengancam kepentingan dan keselamatan personel serta instalasi militer Amerika di Timur Tengah.

Reaksi AS dan Israel

Sementara itu, Netanyahu dalam pidatonya menyebut bahwa Iran tengah memainkan peran ganda—berpura-pura ingin deeskalasi sambil terus mempersenjatai milisi yang menyerang Israel dan sekutunya. Netanyahu bahkan memperingatkan bahwa Israel akan terus melakukan “segala yang perlu” untuk menjaga keamanan nasional, termasuk menyerang sasaran yang dianggap mengancam, meski itu berarti memperluas wilayah operasinya.

Seruan untuk Deeskalasi

Beberapa negara, termasuk Rusia, Tiongkok, dan negara-negara Uni Eropa, telah menyerukan semua pihak untuk menahan diri dan memprioritaskan dialog. Namun, baik Iran maupun Israel belum menunjukkan tanda-tanda akan mengurangi tensi. Bahkan retorika dari kedua belah pihak semakin keras, memperlihatkan bahwa ruang untuk kompromi sangat sempit.

Dalam konteks ini, tudingan Iran terhadap Netanyahu sebagai pihak yang menyeret AS ke dalam “bencana” bukan hanya sekadar narasi politik, tetapi juga peringatan akan bahaya nyata dari keterlibatan kekuatan besar dalam konflik regional yang kompleks. Selama belum ada kesepakatan jangka panjang dan solusi dua negara antara Israel dan Palestina, serta selama perang proksi tetap berlanjut, kawasan Timur Tengah akan tetap berada di ujung tanduk.